Tuesday 3 November 2015

Tetapi kita bukan Rama, Sinta dan Rahwana



Andrea terus menatap layar ponsel dengan nanar, kegelisahan hatinya sudah sampai di puncak dan kini ia kembali terganggu pikiran jangka panjangnya. Hazelnut latte yang sudah dipesannya sejak setengah jam lalu bahkan kini sudah mulai dingin akibat permainan angin, meski baru disesap beberapa kali.

"Menunggu seseorang, Drea?" Tenor itu kembali merasuki indra pendengarannya. Andrea bahkan lupa kalau ia duduk di sudut kafe berseberangan dengan Aryo, teman sekelasnya. Yang entah kenapa, masih saja mengejar hati Andrea yang beberapa orang bilang sudah bagaikan bangunan kokoh, dimiliki orang lain.