Monday 16 September 2013

Selamat tinggal?

Netra sudah kemarau saking seringnya menangis. Bodoh, ya, bahkan aku jadi sering merutuki diriku sendiri karena mencintai kamu terlalu dalam.

Jadi, kini masalah apa?
Jarak?
Sini biar dengan waktu kupangkas habis jarak yang kamu maksud.


Menunggu sebelumnya belum pernah sesakit ini.
Aku tidak pernah menganggap menunggu adalah sebuah skema yang melelahkan sebelum akhirnya melihat pesan terakhirmu, yang bahkan belum berani aku buka setelah menerimanya 7 jam lalu.

Mungkin karena aku akhirnya sadar kalau penantianku tak membuahkan hasil. Atau, setelah aku sadar kalau akulah satu-satunya yang memainkan peran menjadi orang haus akan cinta di sandiwara roman picisan ini.

Aku ingin memaki diriku sendiri karena tidak terbiasa mengatakan kata-kata kasar, yang seharusnya saat ini bisa aku tujukan kepada kamu.

Brengsek, bajingan.

Tapi aku tidak bisa mengucapkan itu ke kamu secara terang-terangan. Karena aku takut menyakiti hati kamu, takut kamu semakin tidak menyukaiku.

Jadi, jika kamu kebetulan penasaran akan isi hatiku, menemukan pos ini, benar, ini untuk kamu, yang berkata bahwa kita harus sama-sama berhenti mengasihi. Meski aku tahu, kamu sudah berhenti lebih dulu.

Terima kasih untuk masa-masa bagai lembah serta bukit yang telah kita lewati.

1 comment: